KARYANASIONAL.COM, Washington DC,__ Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus mendorong program pengembangan pembiayaan berkelanjutan untuk mengarahkan pembangunan yang peduli dampak lingkungan dan sosial masyarakat.
Komitmen OJK itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam sambutannya pada Dinner Reception The 6th Sustainable Banking Network (SBN) Global Meeting pada acara Tri Hita Karana Roadmap for Blended Finance
yang diselenggarakan oleh OECD dan Trihita Karana di Washington, Amerika Serikat, Jumat waktu setempat.
“Ini merupakan implementasi dari Komitmen IMF/World Bank Meeting mengenai pengembangan pembiayaan berkelanjutan. OJK akan melakukan Pendalaman Pasar Keuangan melalui penciptaan produk keuangan yang mendukung
pertumbuhan ekonomi yang perhatikan dampak sosial dan lingkungan,” kata Wimboh.
Menurutnya, bagi negara berkembang seperti Indonesia, upaya mendorong pertumbuhan ekonomi sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang lebih
sejahtera, antara lain dengan membangun infrastruktur di berbagai daerah.
“Namun demikian, pembangunan infrastruktur yang masif ini harus
memperhatikan dampak lingkungan dan sosial masyarakat agar tidak
menimbukan permasalahan sosial di kemudian hari. Untuk itu, pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan upaya pencapaian sustainable development goals,” kata Wimboh.
Menurutnya, industri jasa keuangan memiliki peran penting untuk menyediakan pembiayaan pembangunan infrastruktur melalui instrumen keuangan berbasis sustainable/green financing, sehingga pembangunan infrastruktur dapat dilakukan dalam koridor ramah lingkungan dan sosial. Sejumlah hal yang perlu dilakukan untuk mendorong berkembangnya sustainable
finance yaitu :
1. Tersedianya program yang sistematis dan masif untuk memastikan
kepedulian di semua pemangku kepentingan;
2. Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta;
3. Ekosistem yang semakin lengkap;
4. Komitmen dari komunitas global untuk membantu negara-negara
berkembang dalam menyediakan ekosistem yang dibutuhkan.
Dalam konteks pengembangan sustainable finance ini, OJK dalam tiga tahun terakhir ini telah melakukan berbagai hal seperti, menyusun roadmap sustainable
finance, menyediakan kerangka regulasi bagi pembiayaan berkelanjutan, penerbitan green bonds/sukuk, sosialisasi dan peningkatan kapasitas pelaku di
industri keuangan dengan dukungan dari International Finance Corporation (IFC) dan Sustainable Banking Network (SBN). Tahun ini IFC berkomitmen untuk
masuk pasar green bonds Indonesia senilai 1,5 miliar dolar AS.
Pasca pertemuan Tahunan Bank Dunia – IMF di Bali tahun lalu, Indonesia mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan global untuk mengembangkan program sustainable finance di Indonesia.
Dengan dukungan besar dari Tri Hita, Indonesia telah berhasil mendapatkan dana 2,46 miliar dolar AS sebagai komitmen untuk membiayai 31 proyek melalui skema pembiayaan campuran, dari berbagai pemangku kepentingan domestik dan global.
Dari 31 proyek tersebut, 6 proyek baru saja selesai pada tahun 2018, sementara paling tidak 7 proyek akan direalisasikan tahun ini. Dukung Pembiayaan Maritim Dalam kunjungan kerjanya ke Washington DC, Wimboh Santoso juga berkesempatan menjadi pembicara utama pada seminar yang digelar Rare Global, Blended Finance Task Force dan the Inter-American Development Bank (IADB) dengan tema seminar “Mobilising Capital for the Oceans: The New Frontier in
Natural Infrastructure Investment”.
Dalam acara ini, Wimboh menyampaikan pentingnya pembiayaan yang inovatif seperti skema blended finance untuk menutup kekurangan pembiayaan
pengembangan ekonomi maritim.
Menurutnya, OJK akan bersinergi dengan Kementerian dan lembaga terkait termasuk PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dalam mengembangkan skema blended finance melalui platform SDG One.
Sinergi itu diharapkan dapat membangun ekosistem yang diperlukan dalam pengembangan instrumen keuangan pembiayaan ekonomi maritim yang mampu memberikan manfaat besar bagi perekonomian Indonesia dan upaya
mensejahterakan masyarakat yang tetap ramah lingkungan. (Rls/Helmi).
UM