KARYANASIONAL.COM, Jakarta __ Pemerintah Indonesia akan menggelar Regional Conference on Digital Diplomacy (RCDD) 2019 bertajuk “Digital Diplomacy: Challenges and Opportunities” di Hotel Mulia, Jakarta, 10-11 September 2019.
Sebagai tindak lanjut dari International Seminar on Digital Diplomacy: Beyond Social di Jakarta 12 Juli 2018, selain tuan rumah Indonesia konferensi akan diikuti oleh para menteri dan pemangku kepentingan dari 16 negara yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Republik Rakyat Tiongkok, India, Jepang, Republik Korea, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Konferensi merujuk fakta perkembangan cepat dan kesalingketerikatan telah secara langsung mengubah praktik diplomasi sebagai instrumen kebijakan luar negeri. Salah satu dari banyak interpretasi diplomasi di era digital antara lain mengambil contoh pada penggunaan berbagai platform media sosial dan inovasi lain berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam melakukan tujuan diplomatik.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dalam narasi tunggal kegiatan menyebut, sebagai satu sarana, diplomasi digital telah dipakai hampir setiap negara di dunia. Namun masih jadi tantangan untuk memahami efektivitas dan keterbatasannya, serta soal bagaimana diplomasi digital mempengaruhi fungsi utama diplomasi.
“Selain itu, sebagai salah satu lanskap digital paling dinamis di dunia, rumah bagi pengadopsi teknologi baru tercepat dan konsentrasi terbesar pengguna media sosial dan ponsel, Asia-Pasifik telah memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengadopsi diplomasi digital,” bunyi narasi tunggal tersebut, seperti diterima redaksi Senin (12/8/2019).
Konferensi sendiri diproyeksi akan jadi tuan rumah para pakar diplomasi digital berasal dari lembaga think tank, kementerian, dan lembaga terkait di kawasan.
“Konferensi ini akan menjadi wadah bagi pemerintah dan pemangku kepentingan di kawasan untuk membahas peluang dan tantangan mengenai bagaimana diplomat dan pemangku kepentingan menggunakan TIK untuk berkomunikasi dan merumuskan rekomendasi kebijakan.”
Bagaimana dengan isu kesenjangan serta disparitas penguasaan kepemilikan, pangsa pasar, aksesibilitas publik, serta restriksi kebijakan di masing-masing negara?
“RCDD juga akan memungkinkan kerja sama di masa depan dalam mengurangi kesenjangan teknologi dan digital di kawasan,” afirmasi Kemlu memastikan upaya terbaiknya.
Akan ada fasilitasi empat sesi diskusi demi tercapainya tujuan konferensi tersebut, yakni untuk mempromosikan pertukaran ide dan pengalaman serta mencari peluang kerja sama di masa depan di bidang diplomasi digital antara negara-negara di kawasan.
Keempatnya, diskusi bagaimana diplomasi digital telah diterapkan di kawasan; sharing session antar perwakilan 16 Kemlu peserta yang diharapkan berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan teknologi digital sebagai instrumen untuk melakukan diplomasi; para ahli dan wakil pemerintah diharapkan membahas tantangan, peluang, dan masa depan diplomasi digital, termasuk penggunaan instrumen yang efektif; wakil pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil dan praktisi agar mengeksplorasi potensi kolaborasi dan dukungan dalam bentuk kerja sama regional untuk mengembangkan target nyata dalam diplomasi digital.
“Konferensi ini juga akan memperkenalkan peluang kerja sama digital antara sektor swasta dan memungkinkan para peserta untuk menggunakan aset digital sebagai subjek dalam diplomasi digital,” demikian keterangan Kemlu, Pejambon.
Hasil yang diharapkan? Jakarta Message on Regional Cooperation on Digital Diplomacy, adalah tema rangkuman hasil konferensi yang diharapkan. Isinya? Dua poin.
“Pertama, pengakuan pentingnya diplomasi digital, komitmen dalam membangun pesan dan kerja sama diplomasi digital antar pemangku kepentingan terkait, termasuk seruan untuk membangun komunitas yang terbebas dari informasi palsu.”
Kedua, (adanya) Rencana Aksi untuk kerja sama berkelanjutan antara pemerintah, sektor swasta, dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun jaringan regional untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi digital untuk diplomasi.
Yang menarik, panitia juga akan menghelat pameran teknologi digital selama konferensi, menghadirkan unicorn Indonesia, start-up dan mitra potensial lainnya. Di hari pertama, konferensi dan pameran bersamaan, baru di hari kedua, pameran terbuka untuk umum. Tertarik? [red/rls]