Pedagang beras di pasar Kota Bandarlampung (Antara Lampung/HO)
KARYANASIONAL.COM – Harga beras medium di beberapa pasar Kota Bandarlampung, pada pekan kedua Januari 2019 cenderung normal.
Berdasarkan hasil pantauan di sejumlah pasar di Bandarlampung, Senin, menunjukkan harga beras medium bertahan di kisaran Rp10.000 hingga 11.000 per kilogram.
"Kalau beras medium harga jualnya masih sama dari sebelum tahun baru, tidak ada kenaikan ," ungkap Jakir (47) salah satu pedagang beras eceran di pasar
Gudang Lelang, Bandarlampung.
Ia menjelaskan untuk harga beras premium, mengalami kenaikan sebesar Rp500/kg, dari harga seminggu sebelumnya Rp11.500/kg menjadi Rp12.000/kg.
Pii (35) penjual beras dan barang kelontongan di Pasar Kangkung mengatakan, harga beras premium naik Rp300/kg dari sebelumnya Rp11.700/kg menjadi Rp12.000/kg.
Ia menjelaskan, menjadi faktor utama naiknya beras premium adalah karena pasokannya agak susah. Sekian itu bahwa beras kualitas tersebut disuplai dari Kabupaten Pringsewu.
Sementara itu berdasarkan survei ke sejumlah pasar, harga beras medium merk Raja Udang dijual seharga Rp110.000/10 kg, merk Cabe dijual seharga Rp238.000/25 kg, sebelumnya harganya Rp225.000.
"Untuk eceran merk raja udang perkilo dijual dengan harga Rp12.000/kg," kata R Simbolon (47) salah satu pembeli di Pasar Kota Karang saat diwawancarai langsung.
Ayu (17) salah satu pedagang beras di Pasar Kota Karang menambahkan, beras kualitas medium karungan seberatharganya saat ini Rp57.000/5 kg.
Sedangkan beras merek Kamboja saat ini dijual seharga Rp110.000/10 kg dan untuk eceran-nya dijual seharga Rp12.000/kg.
Untuk jenis beras asalan, tidak mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun baru.
Menurut Paimin (65) yang berprofesi sebagai petani bahwa saat ini harga gabah yang dijual dari petani tetap sama yaitu Rp8.500/kg, lalu diberikan kepada pabrik penggiling padi dan diberikan merk setelah padi digiling.
"Kalau jenis gabah itu banyak, yang menentukan jenis berasnya apakah premium, medium, dan asalan itu dari jenis gabah yang di dapat dari para petani. Gabah yang cenderung lonjong dan panjang dapat menghasilkan beras yang kualitas premium, kalau dari petani harganya tidak ada yang naik. Kalau persoalan pupuk mahal itu sudah biasa, dan pengaruhnya ke harga gabah itu tidak signifikan" katanya.
Paimin juga menambahkan, bahwa dirinya biasa menjual gabah hasil tani ke pabrik besar di Kota Metro.
" Pabrik-pabrik besar itu ada di Metro, sedangkan pabrik di Pringsewu itu biasanya mengambil dari petani sekitar saja dan jarang dari petani di luar kota. Kalau harga beras naik Rp200 sampai Rp300 itu wajar, kan rantai-nya banyak dari petani ke pabrik lalu pabrik ke pengepul/grosir baru ke pembeli," tambahnya.
Paimin menambahkan harga beras tak akan naik kecuali ketika masa tertentu seperti ketika musim kemarau, dan saat menjelang lebaran.
Sumber: Kantor Berita Antara
Great read! The depth and clarity of your analysis are impressive. If anyone is interested in diving deeper into this subject, check out this link: DISCOVER MORE. Looking forward to everyone’s thoughts!