KARYANASIONAL.COM – Direktorat Kepolisian Air dan Udara (POLAIRUD) Baharkam Polri melalui team Kapal Polisi Yudistira – 8003 yang dikomandani Captain (AKBP) Dedy Prayudy beserta anggota melakukan kegiatan Penyuluhan Bahaya Radikalisme dan Faham Anti Pancasila dengan menggandeng Pendiri NII Crisis Center yang juga merupakan eks aktivis NII Ken Setiawan, Rabu ( 26/8/2020).
Kegiatan tersebut merupakan Program Quick Wins I dengan mengambil tema “Penertiban dan Penegakan Hukum Bagi Organisasi Radikal dan Anti Pancasila.”
Hadir Dalam kegiatan tersebut Komandan Kapal Polisi Yudistira – 8003 Captain (AKBP) Dedy Prayudy beserta 20 orang Anggota Polairud, Danramil 410/01 Panjang Mayor Inf Anang Nugroho BP. SH, Kapolsek Panjang yang diwakili oleh IPTU Irwan, Bhabinkamtibmas, Bhabinsa, Lurah Panjang Selatan Suherman dan juga tokoh masyarakat, Tokoh agama, Tokoh Pemuda dan Masyarakat sekitar.
Dalam sambutannya Captain (AKBP) Dedy Prayudy menyampaikan, “Kegiatan merupakan bentuk kepedulian kita dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat terkhusus di wilayah pesisir pantai yang sangat rawan sekali sebagai tempat masuknya para pemilik faham radikalisme yang sudah tentu anti Pancasila. Pemahaman ini tentu bertujuan agar masyarakat bisa mewaspadai faham radikalisme dilingkungan sekitar dan juga agar tidak mudah terpengaruhi oleh faham tersebut” tuturnya.
Lebih lanjut Captain (AKBP) Dedy Prayudy juga mengatakan, “Faham radikalisme itu tak ubahnya seperti Virus Corona (COVID-19) yang tidak terlihat tapi sangat berbahaya.
Terlebih di era seperti saat ini, era keterbukaan informasi yang dengan mudah masyarakat bisa melihat, membaca atau mendengar informasi dari media sosial yang terkadang sumbernya masih belum jelas.
Harapan kami masyarakat dapat memahami apa itu radikalisme, bagaimana sistem perekrutanya hingga apa yang harus dilakukan jika hal tersebut ada dilingkungan bahkan dikeluarga mereka.
Penyebaran faham Radikalisme dan juga Anti Pancasila itu sering sekali memanfaatkan Agama sebagai jalan mereka untuk merekrut para anggotanya, nah hal inilah yang harus diwaspadai bersama.
Maka kami juga tak tanggung-tanggung dalam melaksanakan kegiatan ini, kami menggandeng Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan yang sangat faham sekali mengenai Radikalisme, cara perekrutan dan apa misi dari para pemilik faham tersebut, karena beliau merupakan mantan aktivis NII (Negara Islam Indonesia).
Dalam pemaparannya, Ken Setiawan menjelaskan tentang doktrin kelompok radikal, modus operansi dan bagaimana mengatisipasinya.
Ken juga menyebut bahwa saat ini Provinsi Lampung merupakan zona merah terkait masalah radikal dan terorisme.
Isu Radikalisme tentu sangat menjadi kehawatiran ditengah masyarakat terlebih di era keterbukaan informasi, masyarakat tentu sangat khawatir jika sanak keluarga terpapar paham radikalisme dan terorisme. Jelas Ken.
Di akhir paparan, Ken menghimbau agar masyarakat waspada tapi jangan sampai phobia terhadap agama.
Kenali modus operandinya, bila sudah anti terhadap Pancasila, mengkafirkan orang lain, apalagi sudah mengarah pada hujatan, caci maki dan ujaran kebencian maka orang tersebut tidak layak di ikuti walaupun bergelar ustadz atau ulama.
Akhir akhir ini banyak ustadz dan ulama dadakan yang berpaham radikal yang mereka menghalalkan segala cara dan ini di manfaatkan kelompok politik untuk merebut kekuasaan dengan dalih atas nama agama, kita harus waspada, tambah Ken.
Kita harus kritis terhadap informasi yang kita terima, cek apakah itu hoax atau fakta, karena hari ini berita hoax dan fakta udah beda tipis, jangan sampai kita menjadi korban hoax atau bahkan menjadi pelaku hoax karena turut menyebarkan informasi yang belum jelas sumbernya.
Agama dan kitab suci tidak salah, tapi tidak semua orang yang mengaku beragama dan membawa kitab suci itu benar, jadi kalau ada orang mengaku paling beragama tapi mengajarkan hujatan, caci maki dan ujaran kebencian, maka orang tersebut tidak layak diikuti.
Mempelajari agama itu harusnya menjadikan pemeluknya tersenyum, jadi bila orang belajar agama tiba tiba menjadi pemarah dengan hujatan dan caci maki serta ujaran kebencian maka dipastikan dia belajar dengan orang yang salah atau tersesat. Tutup Ken.
Diakhir acara, Captain (AKBP) Dedy Prayudy merasa sangat bersyukur dengan atusias yang sangat tinggi dari masyarakat yang merupakan peserta dalam kegiatan yang dilaksanakannya ini, bahkan salah satu perserta yang merupakan tokoh masyarakat sangat menginginkan kegiatan ini akan bisa diadakan kembali dengan jumlah peserta yang lebih banyak lagi.
Kegiatan diakhiri dengan pemberian sarana kontak berupa plakat yang bergambar Pancasila serta isi dari kelima sila, bendera merah putih, alat keselamatan pelayaran juga pemberian bingkisan sembako kepada masyarakat dan juga penandatanganan nota kesepakatan bersama untuk menjaga kedaulatan NKRI dengan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. (Helmi)