KARYANASIONAL.COM – Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan melihat pergerakan radikalisme akhir akhir ini secara pemberitaan kelihatan agak menurun, termasuk berita tentang penangkapan terduga teroris, tapi bukan berarti secara semangat melemah, justru kelompok radikal semakin di tekan maka akan semakin militan.
Ken menyebut bahwa yang di maksud kelompok radikalisme adalah mereka yang anti-Pancasila, anti-NKRI, anti-Kebhinekaan dan menganut paham takfiri atau mengkafir-kafirkan orang yang di luar kelompoknya, mereka mau mengganti negara ini dengan negara Islam atau khilafah Islam.
Menurut Ken, paham radikalisme akan masuk ke dalam masyarakat atau golongan masyarakat yang rentan terpapar.
Rentan terpapar, dalam konteks ini, maksudnya adalah mereka yang dekat dengan akses, mempunyai komunikasi, saluran media dan sebagainya, jelas Ken, Rabu (3/02/2021).
Paham radikalisme, papar Ken, selalu mengalami pasang-surut, dan pandai mengikuti perkembangan, baik secara offline lewat pertemuan-pertemuan, dan online, yang massif di dunia maya ini terus bergerak aktif bahkan 24 jam.
Meski demikian, pada prinsipnya, paham ini selalu memanfaatkan kondisi nasional yang kritis, mereka berusaha membuat narasi bahwa semua bencana terjadi kerena pemerintah dzalim terhadap umat, mereka menyasar seluruh lapisan masyraakat. Terang Ken.
Bahkan, kalau dalam dunia pendidikan, tidak ada satu sekolah dan kampus-pun, bahkan dapat dibilang tidak ada satu pendidikan-pun di Indonesia ini yang imun (kebal) terhadap paham radikalisme dan terorisme, semua bisa berpotensi. Betul-betul mereka masuk dalam berbagai lini, bahkan ASN dan aparat TNI/POLRI juga menurut Ken sudah banyak yang terpapar, Ini betul-betul tantangan,” sebut Pendiri NII Crisis Center ini.
Ken berharap pemerintah dan aparat meningkatkan kewaspadaan dengan upaya pencegahan dan memaksimalkan penindakan terhadap pelaku radikalisme dan terorisme.
Mereka kelompok radikalisme itu adalah seperti buah yang sudah matang, tinggal petik, selangkah lagi bisa menjadi teroris, mereka sudah punya bekal kebencian terhadap pemerintah dan aparat, ini seperti bom waktu, mereka bisa melakukan amaliyah teror kapanpun dan dimanapun mereka mau. tutup Ken. (Helmi)