KARYANASIONAL – Keunggulan Bibit Padi MSP (Mari Sejahterakan Petani) 13.B yang digagas Ketua DPRD Lampung Tengah (Lamteng) diakui oleh sejumlah petani yang ada di Bumi Beguai Jejamo Wawai.
Seperti halnya yang disampaikan Mbah Kartio, petani asal Kampung Bumi Setia Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Ia mengatakan bahwa bibit padi MSP sangat moncer dan mantap, sehingga mampu mendongkrak hasil panen petani.
“Alhamdulilah berkat bibit padi MSP hasil panen kami sangat memuaskan, kami bisa panen padi 8 sampai 9 ton per-heaktarnya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Sumarsono yang terus peduli untuk kesejahteraan petani. Kami doakan semoga beliau selalu diberikan kesehatan dan rezeki yang melimpah, serta kebaikannya dibalas Allah SWT, amin…,” ucap Mbah Kartiyo, saat menghadiri pembagian bibit padi MSP 13.B yang dilakukan Ketua DPRD Lamteng Sumarsono, di Kebun Edukasi Perjuangan, Minggu (23/10/2022).
Ucapan terimakasih juga disampaikan Mbah Soimah, petani asal Candirejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah. Ia menjelaskan bahwa bibit padi MSP lebih bagus daripada bibit unggul lainnya.
“Hasil panennya lebih banyak ketimbang bibit unggul lainnya.
Kalo bibit padi lain satu kotak sawah hanya menghasilkan 40 karung padi, sedangkan bibit padi MSP bisa menghasilkan 70 karung padi, ” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Lamteng Sumarsono mengatakan, pembagian bibit padi MSP kepada ratusan petani dilakukan untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan yang sedang mengguncang dunia.
“Menjaga kedaulatan pangan adalah komitmen saya. Jadi setiap musim tanam saya menyiapkan bibit tanam 1000 hektar untuk petani di Lamteng. Dan hari ini kita bagikan bibit padi MSP sekitar 500 hektar,” ujarnya.
Menurut Sumarsono, membagikan bibit pagi MSP secara gratis kepada masyarakat telah dilakukan sejak beberapa tahun silam.
Ia menjelaskan, dari 1 heaktar lahan sawah dibutuhkan 10 kilogram bibit padi MSP, dengan estimasi produksi menghasilkan 8,9 sampai 10 ton padi.
“Pesan saya kepada petani, sisihkan hasil panen untuk yatim piatu dan fakir miskin, agar hidup kita lebih barokah dan bermanfaat,” harapnya.
Sumarsono pun berkeyakinan jika bangsa dan negara bisa melakukan seperti yang ia lakukan tentunya dapat menjaga kedaulatan pangan sepanjang dilakukan dengan baik dan benar.
“Keunggulan bibit padi MSP ini malainya lebih panjang, lebih tahan terhadap penyakit, dan perawatannya relatif lebih mudah,” tuturnya.
Bibit padi MSP juga, lanjut Sumarsono, bisa digunakan bibit kembali ditahun mendatang. Tapi karena negara kapitalisme membodohi rakyat, sehingga mereka membuat bibit yang tidak dapat ditanam kembali, dan hanya diproduksi oleh pemilik modal, jadi pembodahan yang tersitematis yang ada didunia ini.
“Bibit padi ini konposite, jadi bisa digunakan bibit kembali. Karena dari jaman nenek moyang saya itu setiap tahun sudah menyiapkan bibit untuk ditanam diperiode yang akan datang,” ungkapnya.
Terkait harga pupuk yang berbeda-beda, pihaknya juga mengundang salah satu distributor pupuk non subsidi agar memberikan edukasi pencerahan kepada masyarakat petani di Lamteng.
“Jika masih ada keluhan ya kita lakukan pengaduan. Yang jelas jangan hanya bicara, seharusnya mau jadi saksi bahwa mereka belinya lebih banyak dan lebih dari HET. Bahkan tadi ada yang membeli lebih dari 160 ribu, itu artinya mereka memeras rakyat,” katanya.
Kalau untuk kelangkaan pupuk subsidi, politisi PDI Perjuangan Lamteng ini juga menerangkan bahwa, pemerintah pusat saat ini tidak hanya fokus memberikan subsidi pupuk, namun subsidi juga diberikan untuk BBM dan lain sebagainya.
“Sebetulnya pupuk subsidi bukan langkah, tetapi pemerintah megurungi jumlah pemberian pupuk subsidi, dan hanya dicukupi 30 persen dari kebutuhan petani Indonesia selama ini. Jadi pemerintah berharap agar petani bisa menggunak pupuk organik atau mikro organik untuk mencukupi kebutuhan,” pungkasnya. (red)