KARYANASIONAL.COM – Lomba Tiktok yang akan diselenggarakan Dinas Pariwisata Tanggamus untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Tanggamus Ke-23 Tahun 2020 menuai banyak komentar miring dari kalangan masyarakat.
Alih-alih ingin menonjolkan musik lokal seperti tari bedana, gambus tunggal, atau tari tanggai, pihak Dinas Pariwisata malah ngotot mengadakan lomba tiktok yang notabene bukan musik rakyat Lampung atau budaya lokal.
Sebelumnya, lomba tiktok sudah banyak di protes masyarakat dengan alasan yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan tidak mendidik, dan ada pula yang menilai unfaedah.
Namun pihak penyelenggara lomba yang dimotori Dinas Pariwisata Tanggamus tetap kekeh dengan alasan jenis musik tiktok sedang di gandrungi oleh anak-anak muda.
Hanya dengan alasan tersebut, mereka lupa bahwa ada pesan yang lebih penting dan harus di sampaikan pada generasi muda khususnya di Kabupaten Tanggamus agar bisa lebih mencintai adat budaya sendiri ketimbang musik tiktok yang tidak jelas asal usulnya, dan cenderung melupakan budaya lokal warisan nenek moyang.
Jadi sangat wajar jika para pemuka masyarakat di Kabupaten Tanggamus terusik oleh kegiatan tersebut. Salah-satunya Tokoh Adat Marga Buai Benawang Sakti, Pun Alhuda Gelar Suttan Raja Di Lappung.
Pun Alhuda mengatakan bahwa sebaiknya pihak penyelenggara bijak dalam memilih jenis kesenian yang patut di lombakan untuk memeriahkan HUT Kabupaten Tanggamus Ke-23.
Karena keegoisan pihak penyelenggara, imbasnya membuat para generasi penerus bangsa khususnya di Kabupaten Tanggamus justru secara perlahan melupakan musik dan budaya lokal kebanggaan nenek moyangnya sendiri.
“Saya secara pribadi dan mewakili masyarakat Adat Benawang Sakti sangat tidak setuju dengan rencana Dinas Pariwisata menggelar lomba tiktok untuk memeriahkan HUT Kabupaten Tanggamus, yang dinilai sangat asing bagi masyarakat,” tegas Pun Alhuda.
Dia menuturkan, jika pihak penyelenggara meminta masukan dari para rokoh adat setempat, maka kegiatan yang akan menyongsong Hari Jadinya Kabupaten Tanggamus Ke-23 tidak akan terjadi permasalahan. Karena apapun alasannya, sangat tidak bisa di terima mencampur adukan budaya lokal dengan musik asing.
“Leluhur kita sudah berusaha membuat identitas musik sendiri dengan mengedepankan kearifan lokal,” ujarnya dengan nada keras dan berapi-api.
Sementara itu, pihak penyelenggara yang dimotori Dinas Pariwisata Tanggamus tetap ngotot dengan alasan musik tiktok sedang digandrungi anak-anak muda sekarang. Sehingga mereka lupa bahwa Kabupaten Tanggaums memiliki tradisi turun menurun dari nenek moyang yang harus di lestarikan.
Dan semua berharap anak mudalah yang menjadi ujung tombak pelestarian budaya itu. Tapi jika panitia berusaha menggeser minat masyarakat dengan musik-musik yang relatif tidak populer di telinga masyarakat itu sendiri, maka sudah sewajarnya ini diingatkan.
Kepala Dinas Pariwisata Tanggamus Retno, saat dihubungi media ini mengatakan bahwa alasan memilih musik tiktok karena sedang banyak penggemarnya terutama di kalangan anak-anak muda.
Sungguh sangat sempit dan tidak masuk akal sehat masyarakat atas pertimbangan Kepala Dinas Pariwisata tersebut. Mengingat yang akan menikmati lomba itu bukan saja anak muda, tapi justru para orangtua mereka yang dengan perasaan bangga melihat budaya yang mereka pertahankan kini masih sangat relevan mengikuti perkembanga zaman. (Opoy)