Massimiliano Allegri.
Milan (ANTARA News) – Penggunaan video tayangan ulang pendamping para wasit (Video Assistant Referee/VAR) di Liga Italia telah memicu lebih banyak kontroversi, demikian penilaian pelatih Juventus Massimiliano Allegri.
Bagaimanapun, ia mengatakan bahwa hal ini secara terpisah karena warga Italia menikmati kontroversi, dan mengindikasikan bahwa pada prinsipnya video tayangan ulang (VAR) merupakan ide yang bagus.
Juventus, yang menghuni peringkat kedua di klasemen, menang 1-0 di markas Cagliari pada Sabtu (6/1). Namun, klub Sardinia itu marah terkait dua keputusan wasit.
Mereka mengklaim bahwa pergerakan yang mengawali gol Federico Bernardeschi pada menit ke-74 semestinya dihentikan, setelah Leonardo Pavoletti disikut Medhi Benatia. Ternyata, wasit mengesahkan tetap gol tersebut tanpa berkonsultasi memanfaatkan VAR.
Tidak lama setelahnya, Cagliari menuntut penalti ketika bola mengenai lengan Bernardeschi.
Wasit menolak permohonan mereka tanpa menyaksikan VAR, meski media Italia melalui alat bantu dengarnya diinformasikan mendapatkan saran memanfaatkan VAR.
“VAR diperkenalkan untuk mengurangi kontroversi, dan justru hal itu meningkatkannya, mungkin karena kami warga Italia menyukainya,”kata Allegri.
Ia menimpali,” Kami mencari kontroversi ketimbang menganalisa pertandingan. Cagliari benar-benar memainkan pertandingan yang bagus dan tidak layak kalah.”
“Ini tentu saja tahun pertama digunakannya VAR dan musim depan kita akan memiliki lebih banyak kejelasan,”katanya.
Ia menimpali lagi,” Para wasit benar-benar baik saat melakukannya dan akan belajar bagaimana menggunakannya untuk insiden-insiden yang paling membelalakkan mata. Contohnya, ini fundamental untuk menghakimi offside.”
“Dalam setiap pertandingan, terdapat keputusan-keputusan sulit, terkadang hal itu menguntungkan Anda terkadang merugikan. Anda perlu menerimanya,”katanya.
Liga Italia merupakan satu dari sejumlah kompetisi di seluruh dunia yang menguji coba sistem VAR.
Badan pembuat peraturan sepak bola IFAB akan menentukan pada Maret apakah akan meratifikasi penggunaannya dalam basis permanen, dan tergantung kepada keputusan kemudian. Asosiasi Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) berharap dapat menggunakannya pada Piala Dunia 2018 di Rusia.