KARYANASIONAL – Pemerintah Kabupaten Tanggamus resmi mencanangkan Program Gerakan Serentak Menanam Tanaman Bawang dan Cabai atau Gertak Mata Babe, sebagai langkah nyata menekan inflasi dan mewujudkan kedaulatan pangan dari pekarangan warga, Rabu (14/5/2025).
Program ini dilaunching langsung oleh Bupati Tanggamus, Drs. Hi. Moh. Saleh Asnawi, yang di wakili oleh wakil Bupati Tanggamus dalam acara penanaman perdana komoditas bawang merah di Pekon Banjarsari, Kecamatan Wonosobo.
Kegiatan ini dihadiri Wakil Bupati, jajaran OPD, Kadis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Catur Agus Dewanto, Forkopimcam, tokoh masyarakat, serta para Kelompok Tani (Poktan) dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Wonosobo.
Dalam sambutannya, Bupati Tanggamus dalam hal ini di di sampaikan oleh Wabup Agus Suranto menekankan pentingnya ketahanan pangan sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi yang harus dipenuhi negara.
“Tanggamus masih bergantung pada pasokan bawang dan cabai dari luar daerah. Ini ironi, karena lahan kita luas dan subur,” ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, kebutuhan bawang merah di Tanggamus mencapai 1.716 ton/tahun, sedangkan produksinya hanya 61,4 ton. Cabai bahkan lebih tinggi, dengan kebutuhan 2.760 ton, namun baru dipenuhi sekitar 1.083 ton.
“Artinya, setiap hari dapur warga Tanggamus bergantung pada pasokan dari luar. Padahal, dua komoditas ini adalah bahan pokok utama dalam menu masyarakat kita,” jelas Wabup.
Melalui program ini, wabup mengajak seluruh warga untuk menanam minimal lima polibag bawang dan cabai di rumah.
“Kalau setiap rumah melakukannya, maka akan sangat signifikan. Biaya dapur berkurang, inflasi bisa ditekan, dan petani kecil terbantu,” katanya.
Wabup juga mendorong Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Koperasi Merah Putih Desa agar siap menjadi mitra dalam penyerapan hasil panen masyarakat.
Gertak Mata Babe bukan sekadar tanam, tapi gerakan gotong royong ekonomi rakyat. Dengan semangat budaya kerja Jalan Lurus, Pemkab Tanggamus menargetkan peningkatan drastis produksi lokal dalam 1-2 tahun ke depan.
“Ini bukan sekadar program 100 Hari Kerja, tapi gerakan jangka panjang untuk kemandirian pangan rakyat,” tutup wabup.
Acara diakhiri dengan penanaman simbolis dan peninjauan lahan percontohan Poktan Bunga Karya, yang akan menjadi model untuk program ini ke depan.
Pewarta : Bhn
Editor : Wahyu